Kecerdasan di Balik Cerita Dunia Persilatan

Tentu saja setelah membaca judul di atas anda akan meragukan saya. Apa iya memang begitu? Jangan-jangan begini bukannya begitu?

Kalau anda ragu, maka sudahi saja membaca tulisan ini karena hanya akan menyia-nyiakan waktu anda yang berharga.

Apabila anda penasaran sebagaimana saya, coba ikuti semampu anda. Jangan dipaksakan. Rileks.

Sebelumnya, saya sendiri meragukan apa yang akan saya ceritakan sebentar lagi. Namun, setelah membuktikannya sendiri, kini saya benar-benar paham.

(Lho, kok malah mirip telemarketing?)

Begini, suatu hari Gus Dur pernah ditanya, buku apa yang paling berkesan sehingga membuatnya sejenius ini? Nah garisbawahi: JENIUS!

Kita tentu membayangkan tumpukan buku filsafat, jurnal-jurnal ilmiah, teologi, atau mungkin kitab-kitab kuning khas dunia pesantren. Ternyata bukan itu semua, walau saya haqqul yaqin beliau sudah khatam hampir berbagai jenis bacaan.

Lalu apa jawab beliau?

Gus Dur pun menjawab dengan enteng: Kho Ping Hoo! Lho kok ?

Anekdot ini bisa saja anda abaikan, atau anda anggap serius. Sampai suatu ketika saya iseng-iseng rindu pada cersil lama ketika menunggu kelahiran anak pertama.

Ya, daripada boros kuota karena dipakai striming, gaming, browsing, ah lebih enak baca cersil sajalah
.
Lalu dimulailah pengembaraan saya di dunia persilatan.

Alhamdulilah puji syukur pada Tuhan. Saya pun menemukan banyak sekali file-file cersil berformat pdf atau msword, yang tentunya ramah kuota internet dan tidak makan banyak space di android.
Bermula dari ratusan serial Wiro Sableng karya Bastian Tito, lanjut ke serial Kho Ping Hoo, sampai pada penulis favorit saya Seno Gumira Ajidarma dengan Nagabuminya setebal 3 jilid Yellow Pages. Tahu yellow pages?

Dunia persilatan itu kawan, adalah dongeng bagi orang awam seperti saya. Setiap kesaktian, jurus-jurus hebat, dan gerakan secepat kilat para pendekar yang bertarung antara hidup-mati, nyaris di luar nalar keseharian saya yang taunya cuman hal-hal realistis.

Lho, orang awam itu biasanya jauh lebih realistis. Cabe merah naik harga, pusinglah kepala. Rokok tambah mahal, sedangkan inspirasi butuh alat hisap.Itu dunia orang awam seperti saya.

Dunia persilatan yang menarik tidak semata berisi gebak-gebuk.Cersil yang asyik bagi saya adalah kombinasi yang indah antara theatre of mind  gerakan silat luar biasa, percintaan, sastra, filsafat, dan bahkan politik.

Terkadang, seorang pendekar tidak cukup bermodal kesaktian belaka. Sebab, di dunia luar selubung kekuasaan berkelindan secara licik dengan kejahatan,  ribuan topeng drama, dan jauh lebih rumit ketimbang cinta-cintaan di sinetron. Kebodohan bisa membawa malapetaka bagi orang sakti. Begitu kurang lebih.

Oleh sebab itu, pendekar harus sakti luar dalam. Menguasai banyak jurus, ilmu, sejak yang eksoteris hingga dimensi esoteris. Mengenal senjata mulai gagangnya dari kontur metalurgi sampai pancaran auranya.

Tidak jarang, para penulis seperti Bastian Tito, Kho Ping Hoo, maupun Seno Gumira menempatkan sejarah riil sebagai latar belakang pertarungan para pendekar kelas atas.

Jika Wiro Sableng melompati ruang waktu dari era akhir Singosari, Demak, hingga Negeri Latanahsilam zaman entahlah. Kho Ping Hoo pada wangsa Lima Dinasti. Seno Gumira secara menakjubkan mampu memberi gambaran abad 8 selama pembangunan Candi Borobudur di Jawa.

Pendek kata, jika sampeyan kepingin membaca bacaan yang kompleks dan banyak muatannya, bacalah cersil. Barangkali mendadak sakti luar dalam. Siapa tahu? Bukankah inspirasi bisa dicuri, bahkan dari jurus-jurus silat?

Maaf jika tulisan ini tidak sedahsyat Jurus Tendangan Tanpa Bayangan (Mantan).

Komentar