"Sudrun" dalam Sunyi: Ketika Diperjalankan Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu

Kesunyian malam ini terasa lebih sunyi saat saya mulai membalikkan halaman demi halaman buku yang baru (dipinjam) dari seorang kawan.

Judulnya Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu. Katanya sih novel. Karya Kyai Agus Sunyoto. Novel yang bagi saya se-"Sudrun" tokoh utama yang memang bernama Sudrun, sang penyusun narasi pencari kebenaran sejati.

Dan memang novel ini tidak boleh dibaca kalau sampeyan masih membekal rasa amarah dan maunya benar sendiri. Sampeyan harus tenang, usahakan batin sejernih mungkin, dan bernapaslah perlahan. Jika sampeyan sampai salah paham akibat keseringan dengan paham-paham yang salah, berarti novel ini tak cocok buat urat jantungnya sampeyan. Mending baca tips memasak praktis saja sana.

Ini lumayan serius lho. Sebab menyerempet persoalan sensitif.

Begini. Dalam paragraf pembuka setiap bab selalu tertulis kalimat yang agak provokatif bagi pikiran reaksioner:

"Kalau engkau mau mencari Allah, belajarlah dari Iblis!'

Lho, mencari Tuhan kok wasilahnya Iblis? Kenapa bukan dari tokoh agama, ulama, ustad, kiai? Sesat ini namanya. Bakar!

Tunggu dulu, sodara. Jangan panik. Tetaplah ngopi sambil menikmati alur kisah bagaimana Kiai Sudrun mengarungi samudera hikmah. Baca sampai tuntas sehingga bisa meraba apa maksud sebenarnya daripada sang penulis yang pakar sejarah ini.

Walaupun baru mencapai seperempat bukunya, saya sendiri merasa novel ini adalah salah satu buku yang wajib dibaca oleh setiap pecinta Chelsea Islan ilmu pengetahuan.

Dan kalau ingin tahu lebih dalam, sebaiknya sampeyan beli sendiri. Jangan pinjam buku ini dari saya karena saya sendiri juga cuma pinjam.

Selamat ber-sudrun-sudrunan! Jangan lupa pakai celana ya..

Komentar