Debat Pilpres Untuk Siapa?

 

Nobar semalam

Sebenarnya, acara debat capres-cawapres itu ditujukan buat siapa? Begitu bunyi pertanyaan forum ngopi, ngudud, lan rasan-rasan kajian tokoh malam tadi. 

Lho ya jelas to. Acara itu ditujukan buat seluruh calon pemilih yang tentunya punya hak suara pada 14 Februari mendatang. Biar kita tahu kira-kira bagaimana visi, misi, tujuan, strategi, sasaran, target, kepentingan, dan seru-seruannya seperti apa dari masing-masing calon presiden dan wakil presiden nanti. 

Di iklan-iklan yang dibuat KPU juga sudah terang benderang. Sampeyan harus ngerti calonnya siapa, programnya apa, bukan ngasal milih atau ikut-ikutan daripada bengong di rumah. 

Kalau Sudah Jelas, Kenapa Dibahas?

Tunggu sebentar. Ada satu hal yang menarik buat forum rasan-rasan  kajian ilmiah begini. Meskipun levelnya cuman lesehan ngopi ngudud.

Seluruh pemilih dari total penduduk Indonesia itu banyak sekali lho. 

Menurut Bang Haji Rhoma Irama dalam lagunya berjudul 200 Juta Jiwa (kalau ndak salah), total penduduk Indonesia itu ada 250 juta jiwa! Itu angka yang luar biasa.  

Katakanlah, yang berhak memilih adalah 70% dari total populasi. Maka kita akan memperoleh angka 175juta jiwa! 

Nah, persoalannya adalah 175 juta jiwa itu sudah terbagi-bagi sebagai kelompok partisan dari berbagai partai politik. Terima kasih untuk beberapa media yang membuatkan petanya semacam ini


Itu data tahun 2019. Lumayan bisa jadi bahan rasan-rasan, eh kajian politik sambi ngopi ngudud kan ya.


Dan ini semoga saya ndak salah ambil gambar, adalah peta politik di tahun 2024. Sampai di sini apakah sudah jelas, kalau acara debat itu sebenarnya buat siapa? 

Buat para anggota partisan/simpatisan? Hmmm, saya ragu mereka akan switch ke kelompok sebelah begitu mendengar visi capres yang lain terlihat lebih menarik. Apalagi mengetahui kalau supporter di negeri ini punya loyalitas tanpa batas. Mau sejelek apapun, sekali A ya A. Pindah kubu akan serasa pindah agama. 

Mungkin bukan masalah, tapi kalau buat bapack-bapack di circle saya, 'bullying'-nya itu bisa seumur hidup begitu sampeyan pindah kubu. Baru segitu aja udah ganti, ah ndak seru! 

Maka, debat capres selain merupakan syarat rukunnya pemilu, bahan gojlokan di sosmed maupun warkop, update status maupun ngebom grup wa keluarga, tentu punya target market bukan? 


Jika Anda Masih Bingung, Tenang Saja Anda Tidak Sendirian

Pemilu lalu meskipun suhunya lebih panas dari nyala api kompor, setidaknya terasa memudahkan untuk memilih. Meskipun anda merasa gak sreg amat dengan pilihan itu. Minimal agak terwakili-lah ya. Namun kali ini beda. 

Dan sambat para swing voters macam saya dan beberapa kawan lain yang haluan politiknya tidak seberapa jelas sama saja: suka capresnya tapi emoh sama cawapresnya. demen cawapresnya lha kok capresnya begitu. kadang tidak suka keduanya tapi paslon lain kok gak ada yang sreg di hati. 

Membingungkan memang. Saya mencoba menggarisbawahi seperti ini

Sesungguhnya debat capres kemarin-kemarin itu ditujukan buat kita para swing voters, yang masih geleng kepala, angkat bahu, dan embah embuh kalau ditanya mau milih siapa. Agak diplomatis ada yang akan njawab: yo rahasia to, pemilu kan bebas umum rahasia. Diplomatis tenan. 

Coba lihat angka viewers di tiap acara-acara debat macam itu. Saya menduga angka segitu adalah mix antara para pemilih loyalis simpatisan dan para swing voters yang angkanya tak seberapa. Kalaupun dianggap ajang promosi, ceruk market swing voters ini ndak terlalu signifikan (ingat angka di atas). Pengaruhnya ya lumayan lah, buat para pemilih endonesa yang (konon) masih belum mencapai derajat pemilih rasional, logis, dan bertanggung jawab. 

Manfaatnya? Yaa minimal, buat bahan kajian ilmiah  rasan-rasan bareng kanca-kanca sambil sombat sambat. Buat saya? Oh jelas, nih buat curhat di sini. 

 

Komentar