Jomblo dan Matematika Nasib

Jomblo yang nampak merana dan nestapa, seringnya hanya pasrah menerima nasib setelah usahanya diyakini sudah maksimal tapi sering ditolak. Banyak trik yang dicoba tapi gagal. Apa yang salah?

Kali ini saya tidak berbagi trik. Tapi mengajak sidang jomblo (yang semoga dirahmati Allah) untuk sama-sama melihatnya dari salah satu sudut pandang lumayan ngilmiah.

Mari kita mencoba formulasi matematika. Kejombloan akan menjadi indah jika dilihat sebagai masalah ilmiah.

Begini, seorang guru saya pernah mengatakan, takdir itu bukan sepaket episode yang suka atau tidak mesti kamu lalui. Bukan, mblo. Pemahaman semacam ini yang terkadang bikin orang mudah pasrah dan nyerah.

Takdir adalah sekumpulan variabel yang merupakan potensi dan sekaligus bekal kita mengarungi kehidupan. Dan kita, manusia, pun dibekali sedikit kekuasaan untuk memadupadankan variabel-variabel itu. Nah, simpul dari padupadan antar variabel itulah yang disebut nasib.

Ucapan guru saya itu menghangatkan aura optimis di dalam dada. Dada para jomblo tentu.

Taruhlah, subyeknya si dia. Variabelnya mesti kita perhitungkan dulu. Variabel satu, dia cantik. Variabel dua, dia menarik. Variabel ketiga, dia mandiri dan berpenghasilan sendiri. Ini contoh lho ya. Nggak usah baper.

Mari kita berhitung variabel milik kita sendiri. Kuantitas ganteng? Katakanlah lumayan. Daya tarik? Ada kalau dicari. Penghasilan? Hmm, bisa lah diusahakan.

Nah, kesepian, semenjana, dan merana menjadi nasib jika anda tidak sesegera mungkin menciptakan peluang dengan variabel lain, semisal: pekerjaan yang berpenghasilan, memaksimalkan potensi  fashion dan passion, dan bermunajat kepada Yang Maha Cinta agar anda segera dipertemukan dengan bidadari itu.

Apabila anda sepakat dengan saya kalau pernikahan adalah perjumpaan cinta yang paling suci antara dua insan, maka selayaknya variabel itu ditambahkan dengan restu orangtua. Bukannya restu mantan, paham?

Baik. Lanjut.

Setelah variabel-variabel itu terkumpul, anda bisa memasukkannya dengan rumus persamaan kuadrat, antara fungsi x (anda) ditambahkan dengan fungsi y (sidia). Apakah hasilnya sama-sama bahagia kuadrat? Sama-sama yakin dan tidak berbanding terbalik?

Jika anda sudah sampai  pada tahap ini, saya ucapkan selamat. Tapi, jangan senang dulu. Formulasi-formulasi itu harus diterapkan pada langkah praksis.

Ya, ibarat mau bikin rumah (tangga), tentu tak cukup hanya dengan puas memandang rancangan di atas kertas bukan? Anda butuh pelaksanaan dengan (lagi-lagi) mengaitkannya bersama variabel-variabel pihak ketiga. Contohnya: kawan dekatnya si dia, kawan anda (pastikan tidak sesama jomblo karena bahaya sekali), atau mungkin saudara-saudara anda untuk memperbesar rumus peluang keberhasilan anda di pelaminan.

Begitulah kiranya sedikit yang bisa saya bagikan. Adapun untuk pengembangan selanjutnya, saya serahkan kepada anda sekalian. Semogalah bermanfaat untuk dijadikan bahan renungan saat sunyi bersama kopi.

Komentar