Menafsir Buddha Lewat Komik dan Anime

Kematian sama halnya dengan kehidupan yang menawarkan lebih banyak tanda tanya daripada jawabannya. Apakah kita pernah mencoba mencari jawabannya? Sekurang-kurangnya mempertanyakannya? Bagaimana asal-usul kehidupan dan bagaimana setelah kematian? Mungkin hanya ada dua pilihan bagi manusia: ketakutan dan kesiapan. Sebab, sejauh ini, saya pribadi sedikit skeptis jika ada orang yang dinilai “berani” berhadap-hadapan dengan kehidupan, juga kematian.  

Apakah bertapa, menyiksa diri, dan menghindari keduniawian yang dilambangkan dengan anasir-anasir kenikmatan badaniah, akan membuat kita lebih siap menghadapi kematian, yang sama tarafnya dengan menghadapi kehidupan? Saya sendiri tidak pernah mengerti jawabannya. Namun, Sidharta sudah terlebih dahulu mempertanyakannya.

Bertanya semisal, mengapa kita hidup, tua, sakit, mati? Mengapa selalu ada penindasan? Bagi Sidharta, untuk menemukan jawabannya, kita mesti mencampakkan semua pengetahuan dan pakaian duniawi yang pernah kita kenakan. Buang dan jadilah kosong. Sidharta percaya, dengan “mengosongkan” diri, pengetahuan “sejati” akan datang.  

Saya pribadi, sepakat dengan Sidharta. Maka, saya “mengosongkan” sejenak berbagai pengetahuan dan keyakinan yang pernah saya terima saat membaca “Buddha,” meski hanyalah sebuah komik.  

Buddha. Sebuah komik yang terdiri dari 8 jilid karya Osamu Tezuka. Selain Astro Boy, Buddha adalah masterpiece Tezuka. Setidaknya ini menurut saya pribadi. Alasannya, Buddha bukan lagi berbicara soal tokoh imajiner yang menghubungkan berbagai fantasi pribadi, seperti halnya komik lain, tapi Buddha adalah tokoh historis yang memang sulit untuk diceritakan kembali. 

Tetapi Tezuka berhasil menceritakannya kembali dengan baik. Mulai dari awal Sidharta ditakdirkan menjadi pembimbing umat manusia bahkan sebelum kelahirannya, hingga ia wafat. Tokoh Buddha yang sekalipun dianugerahi sekian keistimewaan, tetapi tidak mengurangi sisi-sisi kemanusiaannya seperti ketakutan akan kematian. Meski Buddha begitu hidup seakan saya sebagai pembaca menjadi pendamping perjalanannya, sayangnya, saya tidak banyak menemukan pemikiran atau renungan ajaran Sidharta tentang "Pencerahan". Mungkin Tezuka lebih fokus pada sisi perjalanan spiritualnya saja sebagai garis sejarah, sambil menghindari kesan mendoktrinasi pembaca. Tidak ada karya yang utuh, memang. 

Dan sebagai bacaan di sela-sela kejemuan rutinitas, komik “Buddha” berada pada deretan rekomendasi teratas. Keren. 

Oh iya, kalau sampeyan tergolong pribadi yang lebih suka berformat anime, kebetulan saya nemu channelnya di youtube. ketik aja keyword: "buddha anime" nanti pilih yang di-upload channel the lone wolf. moga-moga masih ada file-nya.. ini dia dengan subtitel inggris...semoga kita tercerahkan...


Komentar